
Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Universiti Teknologi Petronas (UTP) Malaysia menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) tentang Research on The Development of Processing Technology of Rare Earth Elements Carbonate For Non Radioactive Rare Earth Oxide. Penandatangan PKS dilakukan oleh Kepala Pusat Riset Teknologi Bahan Nuklir dan Limbah Radioaktif (PRTBNLR) BRIN, Maman Kartaman Ajiriyanto dan Direktur Institute of Sustainability, Energy and Resources UTP Malaysia, Syahir Rida di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) B.J. Habibie Serpong, Selasa (19/11).
Kepala PRTBNLR BRIN, Maman Kartaman Ajiriyanto mengungkapkan bahwa BRIN telah memiliki cukup pengalaman dalam pengolahan Logam Tanah Jarang (LTJ) di Indonesia.
“Kami sudah punya cukup pengalaman dalam proses pengolahan rare earth karbonat atau juga rare earth oksida dari limbah atau tailing atau keraknya timah, dan limbah ikutan timah yaitu monasit dan lainnya,” jelasnya.
Maman mengungkapkan sejak 2015 Indonesia telah membentuk konsorsium pengolahan LTJ. Salah satu output teknologinya yaitu BRIN mampu mengolah LTJ dengan kapasitas yang cukup besar untuk skala riset, yaitu sekitar 50 kg/batch. “Kalau dari sisi riset itu cukup besar. Kita juga sudah memiliki pengalaman prosesnya lebih dari 20 proses yang menghasilkan rare earth dengan konsentrasi lebih dari 90%,” kata Maman.
Lebih lanjut, Maman menerangkan bahwa salah satu yang lebih penting adalah kadar Uranium dan Thoriumnya kurang dari sekitar 50 atau 100 ppm. Jadi, BRIN sudah dapat mengolahnya dari pasir monasit hingga mengurangi kadar Uranium dan Thoriumnya kurang dari 50 ppm.
Menurut Maman, kegiatan riset ini nantinya selain dikerjakan oleh periset BRIN juga dibantu oleh mahasiswa S2 dan S3 yang sedang mengikuti program Degree by Research (DBR) di BRIN. “Harapannya, kerja sama ini berjalan lancar dan kontinu sesuai dengan point-point yang telah disepakati dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dari kedua belah pihak, serta bermanfaat dari sisi ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Direktur Institute of Sustainability, Energy and Resources UTP Malaysia, Syahir Rida mengatakan bahwa saat ini Malaysia sedang memprioritaskan riset LTJ dan berfokus pada iron absorption. Ia memahami bahwa riset LTJ sangat strategis, untuk itu diperlukan kolaborasi agar riset berjalan secara berkesinambungan.
“Kami memahami bahwa di BRIN teknologi untuk prosesing sudah sampai ke pelleting dengan sumber dari monosite. Sementara itu perusahaan di Malaysia sudah sekitar 3-4 tahun mengoperasikan mining untuk logam tanah jarang yang bersumber dari iron absorption clay,” ujar Syahrir.

Sementara itu, CEO Greensnow Sdn. Bhd.,Nik Abdul Mubin Bin Nik Mahmood, menyampaikan harapannya agar kerja sama riset dalam waktu satu tahun ini bisa menghasilkan blueprint teknologi pemisahan LTJ. Menurutnya, ini merupakan awal dalam industri pemrosesan rare earth element.
Dalam waktu setahun ke depan, dia berharap akan menghasilkan satu blueprint terkait teknologi pemisahan rare earth element carbonate untuk non radioaktif rare earth element oxide. Blueprint tersebut sangat bermanfaat bagi Malaysia untuk dapat dikembangkan kembali. “Kita upscaling dan kita akan membangun commercialized plant yang dibangun bersama Greensnow, UTP dan juga Nuclear Agency Malaysia,” imbuhnya.
Selain dengan Organisasi Riset Tenaga Nuklir, kerja sama ini juga mengikutsertakan Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM), melalui Pusat Riset Teknologi Pertambangan (PRTPb). Kepala Pusat Riset Fotonika (PRF) BRIN, Isnaeni mewakili Kepala ORNM menyampaikan bahwa ORNM memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk mendukung riset mineral, salah satunya yang ada di Kawasan Sains Iskandar Zulkarnain Lampung.
“Fasilitas BRIN di sana dikhususkan untuk riset bidang mineral dan pertambangan, mulai dari proses sampai pengujian lumayan lengkap. Kita juga punya platform kolaborasi, topik riset yang memang diunggulkan di BRIN, dari ORNM kami sudah mengusulkan platform kolaborasi mineral kritis, banyak elemen termasuk LTJ,” papar Isnaeni.
Kepala PRTPb BRIN, Anggoro Tri Mursito menerangkan bahwa PRTPb memiliki tujuh kelompok riset, salah satunya didedikasikan dan spesifik untuk rare earth element minerals processing yang tidak hanya sebatas pengolahan, tetapi juga pemurnian. Selain itu PRTPB juga memiliki satu platform kolaborasi riset pengolahan LTJ yang melibatkan UTP.
“Harapannya nanti teman-teman dari UTP atau dari Malaysia secara umum juga bisa turut berkontribusi,” pungkasnya. (jh,msb/ed:my,jml)
Sumber: https://brin.go.id/news/121573/brin-dan-utp-malaysia-sepakati-kerja-sama-riset-pengolahan-logam-tanah-jarang